Cerita  

Pertemuan dan Maut

Dalam lingkaran keluarga kecil yang terbina indah selama Satu tahun 10 bulan berjalan kami hidup bersama.
Pertemuan dan Maut. Dok : Ist Timurterkini.com.

Oleh : Hamsah

Timurterkini.comDalam lingkaran keluarga kecil yang terbina indah selama Satu tahun 10 bulan berjalan kami hidup bersama.

Hidup di daerah yang dikelilingi orang orang baik kami merasa damai hari hari.

Bidadari kecil yang dititip tuhan untuk kami membuat hari hari lengkap.

Singkatnya. pada September 2021 lalu ia dipanggil sang haliq selamanya.

Singkatnya. Hari demi hari terus berjalan dalam kesendirian. Karena kesepakatan bersama keluarga kalah itu dimalam ke 40 pasca hembusan nafasnya, Bidadari kecil kami tak tinggal bersamaku.

Denyut nadi debar jantung melambung tinggi kalah itu.

Bagaimana tidak, Satu satunya penyemangat untuk hari hari selanjutnya (Putri kami), tak bisa tinggal bersama ku.

Ia masih beliah, sementara saya harus melanjutkan hidup melawan takdir tuhan untuk saya ialah kesedihan.

Tak bisa kupungkiri, sakit, sedih, dan lain lain mengelilingiku kalah itu.

Bidadari kecil buah cinta bersamanya, dirawat oleh neneknya dan jauh dariku.

Yaaa jujur, sangat sulit untuk itu.

Namun karena saya menyadari Bidadari itu masih sangat beliah dan tak mungkin kurawat di kontrakan kecil, saya mengiklaskannya bersama neneknya.

Kupercaya titipan ilahi itu akan damai di lingkaran keluarga yang merawatnya.

Berangkat di rumah yang tempatnya (Almarhumah), di acarakan itu, air mata bercucuran namun tak kuperliahatkan.

Perlahan ban motor berputar mengantar saya meninggalkan rumah duka waktu itu.

Sekitar satu atau dua kiloan meninggalkan rumah itu, terdapat sebuah lorong yang menurutku “lorong kenangan diperistirahatan terakhinya”, (Jalan kuburan).

Kuputar setir motor menuju kuburan itu.

Ku peluk batu nisan yang terbuat dari kayu, lalu melepaskan kata yang dibanjiri air mata, “Maafkan saya tak membawa titipanmu”, bisikan kalah itu.

Hanya kau yang bisa menembus hati dan pikiranku tentang keputusan bersama keluarga semalam”, ucapku saat itu dengan memeluk batu nisannya.

Karena perjanalan saat itu ditemani adik saya, ia pun menemani saya di atas pusara itu.

Kemungkinan terlalu lama, adik saya memukul punggung saya dengan sangat perlahan, ” ayo kita lanjutkan perjalanan”.

Sayapun berdiri dan meninggalkan pusaranya, saat itu bahkan tidak menyadari diri sendiri harus bagaimana.

Langkah demi langkah, perlahan meninggalkan pusara itu.

Diatas motor air mata tak henti bahkan suara tangis kadang tak tertahan, namun adik dibelakang saya tak mendengarnya (Bunyi motor sengaja kukeraskan).

Bagaimana tidak, dia (Almarhumah), kulihatnya hanya nama bertuliskan tanggal wafat di batu nisan itu, sungguh miris.

Singkatnya, tiba di kontrakan, menjalani hari hari dengan kesendirian, sembari mencari kesibukan dengan maksud menghibur diri.

Menghibur diri dengan berbagai cara, baik sendiri maupun bersama kawan kawan baik saya.

Hari terus berlalu.

Kullu Nafsin Zdaikati maut. (Semua yang bernyawa pasti mengalami kematian).

Duniaku harus terbuka, pikiran harus bangkit, renca tuhan lebih indah dari manusia, komitmen diri kalah itu.

Dengan segalah keihklasan hati kuputuskan untuk bangkit dari segala prahara hidup.

February 2022 baru baru ini, membangun sebuah komitmen diri.

Maju, bangkit, dan trua berkarya di profesi kini.

Sebagai lelaki yang kuat harus melanjutkan hidup kalah itu. “Jalan pikiran di malam hari kalah itu.

Melanjutkan pikiran bahkan bagia menghampiri perlahan.

Hehe, ada apa dengan bahagia itu ? Entahlah.