Features (Sisi Lain HUT ke 18 Kab. Mamasa)
Oleh : Hartanto, S.Ksi
Mamasa, Timurterkini.com – Ada yang menarik di Hari Ulang Tahun ke 18 Kabupaten Mamasa kali ini, yakni keunikan bahasa masing-masing peserta dari setiap kecamatan yang disampaikan oleh seorang pa’singgik (orang yang menyapa dan memaparkan lakon budaya yang dibawakan oleh setiap peserta karnaval budaya).
Bahasa Mamasa dengan logat dan gaya bahasa tersendiri, sementara bahasa Bambang dengan ciri khas tersendiri dan gaya bahasa yang kuat, sementara Bahasa Tabulahan dengan kehalusan logat dan gaya bahasa yang mendayu-dayu. Ketiga bahasa yang punya kekentalan tersendiri tersebut memberikan warna keberagaman budaya berbahasa di Kabupaten Mamasa.
Saya mencoba membagi ragam bahasa tersebut dalam 3 bagian besar karena ketiga ragam bahasa tersebut memiliki kekentalan yang berbeda satu dengan yang lain. Bahasa Mamasa, Bahasa Bambang dan Bahasa Tabulahan adalah tiga bahasa yang mungkin memiliki induk yg berbeda (tentunya harus dengan sebuah riset ).
Ketika para pa’singgik mulai memaparkan lakon budaya yang mereka bawakan saya teringan penggalan cerita orang tua, dimana Nenek Dettumanan (nenek Tabulahan dalam rumpun tosapulomesa)mengawini keturunan Nenek Lombem Susu yang bernama Puelebuttang dari Makki Tua (Lobe).
Diceritakan Nenek Dettumanan dan Puelebuttang melahir 5 orang anak; yakni anak pertama yang benama Soya’ yang kemudian tetap bermukim di Tabulahan dengan bahasa Tabulahan yang khas. Anak kedua Manatanda juga tinggal di Tabulahan. sementara anak ke tiga yang bernama Pakiringan, yang mulanya merantau ke Kalonding (bagian Mamuju) yang kemudian kembali dan pergi merantau dan menetap di Osango. Dia-lah Nenek Osango yang berbahasa Mamasa. Anak keempat Ta Hengkona dan anak ke-5 yang bernama Ta-Kaise datang dan menetap di Aralle (Nenek moyang orang Aralle) dan berbahasa Tabulahan.
Ini salah satu contoh kecil persebaran penduduk Pitu Ulunna Salu yang dipengaruhi oleh bahasa penduduk setempat seperti nenek Pakiringan (osango) yang berbahasa Mamasa.
lain halnya dengan Ta Hengkona dan Ta Kaise yang datang di Aralle dengan tetap membawa bahasa ibunya. Diduga daerah Aralle pada saat itu belum dihuni oleh orang Bambam sehingga mereka tidak terpengaruh dengan bahasa mereka.
Sementara bahasa Bambam berkembang di daerah Bambam (Kecamatan Bambang sekarang) dimana penduduknya tersebar ke Buntu Malangka’ dan ke daerah-daerah lain dengan tetap membawa bahasa ibunya, itualah tiga bahasa utama yang punya keunikan masing-masing yang terdengar indah dalam alunan pa’singgikan di acara karnaval budaya sore ini, tepatnya di hari Rabu 11/3/2020 dalam rangka Hari Ulang Tahun ke-18 Kabupaten Mamasa kali ini. “3 in 1” Bahasa Mamasa, Bahasa Bambam dan Bahasa Tabulahan, punya keunikan masing-masing yang menjadi ciri khas dan kekayaan bahasa daerah di Pitu Ulunna Salu Kondosapata’ Wai Sapalelean, kabupaten Mamasa. Dirgahayu Kabupaten Mamasa 2020.