Pembangunan Pabrik tersebut, Wika menargetkan penyelesaian proyek pada tahun 2023 dengan kapasitas produksi mampu sampai 27.800 ton Ni per tahun.
Untuk proyek pembangunan fasilitas pengilahan dan pemurnian kobalt dengan teknologi (HPAL), diproyeksikan memiliki kapasitas produksi hingga 100.000 ton per tahun Mixed Hydroxide Precipitate (MHP) dan 158.000 ton per tahun konsetrat chromium.
“Semoga dengan semangat merah putih yang menjadi semangat kita semua, komoditas nikel menjadi harapan untuk menggenjot pertumbuhan industri logam dasar, sekaligus pertumbuhan ekonomi nasional,” kata Direktur Utama PT CNI Derian Sakmiwata.
Proyek Pembangunan Pabrik Pengolahan dan Pemurnian Nikel dalam pengoperasiannya kelak akan menggunakan rute Rotary Kiln – Electric Furnace yang sudah terbukti (proven) untuk mengolah bijih nikel kadar 1.59 persen Ni menjadi ferronickel dengan kadar 22 persen.
Berbeda dengan pabrik nikel di Indonesia pada umumnya yang menggunakan electric furnace tipe circular, pabrik ini menggunakan electric furnace tipe rectangular yang memiliki keunggulan, antara lain, pertama, memiliki konsumsi energi per ton atau kWh per ton yang lebih efisien karena menggunakan desain electrode yang tercelup slag (submerged).
Sementara fasilitas pengolahan dan pemurnian kobalt dengan teknologi (HPAL) sudah terbukti (proven) untuk mengolah bijih nikel limonit kadar 1,25 persen Co and 0,13 persen Ni menjadi Mixed Hydroxide Precipitate dengan kandungan 40.000 ton Nikel per tahun dan 4.000 ton Kobalt per tahun sebagai bahan baku komponen baterai kendaraan listrik.